Arina Shiva Official Website
Arina Shiva Official Website
Image 1
Image 2
Image 3
Image 4
Image 5

Menjaga Harmoni Sosial: Kedewasaan Menyikapi Kebiasaan Tetangga yang Tidak Hadir di Acara Hajatan dan Tahlilan


Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial antarwarga menjadi salah satu aspek penting dalam membangun keharmonisan. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah kehadiran dalam berbagai acara sosial dan keagamaan, seperti hajatan dan tahlilan. Namun, tidak jarang kita menemui situasi di mana ada individu atau keluarga yang jarang hadir dalam acara semacam itu, tetapi ketika mereka mengadakan acara, mereka tetap mengundang warga sekitar. Fenomena ini dapat menimbulkan berbagai reaksi di tengah masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Dalam menyikapi kondisi tersebut, kedewasaan dalam berpikir dan bertindak sangat diperlukan. Kehadiran dalam acara hajatan atau tahlilan bukan sekadar bentuk balas jasa atas kehadiran orang lain, tetapi lebih kepada bentuk penghormatan terhadap nilai sosial dan kebersamaan yang telah lama dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, meskipun seseorang jarang menghadiri acara tetangganya, kita tetap sebaiknya hadir dalam acara yang mereka adakan sebagai bentuk sikap yang bijak dan dewasa.

Salah satu alasan utama mengapa kita harus bersikap demikian adalah karena prinsip dasar dalam Islam yang menekankan pentingnya silaturahmi dan kebersamaan. Islam mengajarkan umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama, tanpa memandang bagaimana perlakuan orang lain terhadap kita. Dengan datang ke acara tetangga, kita menunjukkan sikap positif yang dapat menjadi teladan bagi lingkungan sekitar.

Lebih lanjut, sikap kedewasaan dalam menghadapi situasi ini juga mencerminkan kematangan emosional seseorang. Jika kita hanya datang ke acara seseorang berdasarkan asas timbal balik, maka interaksi sosial menjadi transaksional dan kehilangan makna sosialnya. Dengan tetap menghadiri hajatan atau tahlilan tetangga yang jarang hadir dalam acara serupa, kita menunjukkan bahwa kita tidak mudah terpengaruh oleh sikap orang lain dan tetap mengedepankan nilai-nilai kebersamaan.

Selain itu, sikap ini juga dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang. Dengan tetap menjalin hubungan baik, kita dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis dan inklusif. Bisa jadi, dengan melihat ketulusan kita dalam hadir di acara mereka, tetangga yang jarang hadir tersebut akan mulai menyadari pentingnya partisipasi dalam kegiatan sosial dan keagamaan di kemudian hari.

Dari perspektif sosiologis, hubungan sosial dalam masyarakat sangat bergantung pada interaksi yang terus-menerus. Jika setiap individu hanya hadir dalam acara yang menguntungkan mereka atau sesuai dengan kepentingannya, maka kohesi sosial dalam masyarakat akan melemah. Oleh karena itu, dengan menghadiri acara tanpa memandang kehadiran mereka sebelumnya, kita turut serta dalam memperkuat solidaritas sosial.

Pendekatan psikologis juga mendukung pentingnya sikap dewasa dalam menghadapi ketidakhadiran tetangga dalam acara kita. Manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk membalas perlakuan orang lain dengan cara yang serupa. Namun, dengan melatih diri untuk tetap bersikap positif dan berbuat baik tanpa mengharapkan balasan, kita dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan emosional kita sendiri.

Dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya di daerah yang masih memegang erat tradisi gotong royong dan kekeluargaan, kehadiran dalam acara sosial merupakan simbol dari kebersamaan dan solidaritas. Dengan tetap hadir di acara tetangga yang jarang datang ke acara kita, kita turut menjaga nilai budaya yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Lebih jauh, sikap ini juga dapat memberikan contoh yang baik bagi generasi muda. Anak-anak dan remaja yang melihat sikap dewasa dan toleran dari orang dewasa di sekitarnya akan lebih cenderung mengadopsi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga hubungan baik saat ini tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai sosial yang baik tetap diwariskan kepada generasi berikutnya.

Di sisi lain, penting untuk memahami alasan di balik ketidakhadiran seseorang dalam acara sosial. Bisa jadi, tetangga yang jarang hadir memiliki kesibukan, keterbatasan ekonomi, atau alasan pribadi lainnya yang membuat mereka sulit untuk berpartisipasi. Dengan memahami latar belakang mereka, kita dapat lebih mudah untuk bersikap empati dan tidak terburu-buru dalam menilai mereka secara negatif.

Meskipun demikian, kita juga dapat mengambil langkah proaktif dalam mengajak mereka untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial. Misalnya, dengan berbicara secara personal, mengajak dengan cara yang lebih persuasif, atau bahkan memberi contoh dengan sikap kita sendiri. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih diterima dan mungkin lebih terbuka untuk hadir di acara-acara berikutnya.

Dalam Islam, konsep membalas kebaikan dengan kebaikan lebih ditekankan daripada membalas ketidakhadiran dengan ketidakhadiran. Rasulullah SAW selalu mengajarkan umatnya untuk memperbanyak silaturahmi, bahkan kepada mereka yang mungkin tidak pernah mengulurkan tangan terlebih dahulu. Oleh karena itu, menghadiri acara tetangga yang jarang hadir di acara kita sendiri adalah bentuk pengamalan ajaran Islam yang penuh hikmah.

Dari sisi etika sosial, sikap tersebut juga menunjukkan kebesaran hati dan kedewasaan dalam menghadapi perbedaan. Tidak semua orang memiliki pola pikir dan kebiasaan yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi dengan sikap yang terbuka dan toleran, kita dapat menjaga keharmonisan lingkungan.

Perlu diingat bahwa kebersamaan dalam masyarakat bukan hanya diukur dari seberapa sering seseorang hadir dalam acara sosial, tetapi juga dari niat dan usaha kita dalam menjaga hubungan baik. Oleh karena itu, alih-alih menjadikan ketidakhadiran seseorang sebagai alasan untuk membalas dengan hal yang sama, kita sebaiknya tetap mengutamakan nilai-nilai kebaikan dan kebersamaan.

Dalam jangka panjang, membangun relasi yang baik dengan lingkungan sekitar akan memberikan banyak manfaat. Selain mempererat hubungan sosial, sikap tersebut juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan damai bagi semua pihak. Masyarakat yang memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap perbedaan cenderung lebih harmonis dan minim konflik.

Kesimpulannya, menghadiri acara hajatan atau tahlilan tetangga yang jarang hadir dalam acara kita adalah bentuk sikap dewasa yang mencerminkan kematangan emosional, kepedulian sosial, dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya serta keagamaan. Dengan sikap ini, kita tidak hanya memperkuat hubungan sosial tetapi juga menjadi teladan bagi lingkungan sekitar.

Dalam kehidupan bermasyarakat, penting untuk tidak selalu mengharapkan timbal balik atas kebaikan yang kita lakukan. Sebaliknya, dengan selalu mengedepankan sikap positif, kita dapat menciptakan hubungan sosial yang lebih harmonis dan inklusif.

Melalui pendekatan yang penuh kebijaksanaan, empati, dan kedewasaan, kita dapat menjadikan lingkungan sekitar sebagai tempat yang lebih nyaman untuk semua orang. Hal ini tidak hanya menguntungkan individu secara pribadi tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, menghadiri acara tetangga yang jarang hadir dalam acara kita adalah wujud nyata dari sikap berjiwa besar, memahami perbedaan, dan tetap mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

Penulis: Achmad Shiva'ul Haq Asjach

Post a Comment

🗞 Information boards!
Building together for growth! Join one of the fastest growing ecosystem for future education.